" Kalau cara nggambarmu nonstop -siang malam sampai pagi - seperti ini, .. nampaknya kamu akan sangat cocok dengan pak Dullah.. beliau kalau melukis juga sampai pagi... "..kata para pelukis tua
Orang menyebutnya pelukis pejuang, pelukis rakyat, juga Raja Realisme Indonesia. Saya sangat beruntung sempat sangat dekat, bahkan sempat hidup seatap dengan beliau selama beberapa tahun di Sanggar Pejeng Bali. Bagi saya beliau adalah guru , bapak dan sahabat saya. Untuk mengenang pak Dullah, mulai hari ini saya akan memuat serial kisah
pengalaman saya dengan pak Dullah. Cuma kisah pendek, kecil, sepele , dan biasa saja, namun semoga ada manfaatnya..
Kondisi awal menjelang bertemu Dullah
Saat itu saya baru lulus SMA di Kalimantan , pulang ke Solo, sempat kerja kasar dan akhirnya masuk sanggar HBS. Sambil belajar lukis di HBS saya juga menggarap komiknya Asmaraman S Kho Ping Ho. Mencari tenang dan sepi, saya kerjakan komik itu di Taman Jurug, di tepian Bengawan Solo. Saya kerja nggambar dari pagi siang malam sampai pagi lagi setiap hari,.. agar bisa cepat selesai dan cepat dapat uang guna melanjutkan kuliah. Namun hampir setahun, uang belum cukup terkumpul juga. Sementara itu banyak nasehat dan masukan dari para pelukis tua yang menjengukku “di pertapaanku ” di Jurug.
“ Kalau melihat cara nggambarmu yang nonstop - siang malam sampai pagi - seperti ini, .. nampaknya kamu akan sangat cocok dengan pak Dullah…beliau kalau melukis juga sampai pagi… Cobalah kamu pergi ke Bali..menemui pak Dullah.. beliau sedang mencari murid yang bisa menemani dan mendampinginya melukis sampai pagi. Muridnya yang ada sekarang, sehabis dunia dalam berita TVRI jam 9 malam, sudah pada tidur,.. Mbok dicoba ke Bali.. sepertinya pak Dullah akan cocok dengan kamu…”
“ Kalau melihat cara nggambarmu yang nonstop - siang malam sampai pagi - seperti ini, .. nampaknya kamu akan sangat cocok dengan pak Dullah…beliau kalau melukis juga sampai pagi… Cobalah kamu pergi ke Bali..menemui pak Dullah.. beliau sedang mencari murid yang bisa menemani dan mendampinginya melukis sampai pagi. Muridnya yang ada sekarang, sehabis dunia dalam berita TVRI jam 9 malam, sudah pada tidur,.. Mbok dicoba ke Bali.. sepertinya pak Dullah akan cocok dengan kamu…”
Kata-kata para pelukis tua itu menyentak dan mengingatkan saya bahwa tujuan dan cita-cita saya sejatinya adalah menjadi pelukis.. bukan illustrator atau komikus. Sejak itu saya mulai berpikir dan bersiap-siap untuk melangkah ke Bali menemui pak Dullah. Satu langkah yang akhirnya kemudian merobah jalan hidup saya.
(...bersambung...)
baca juga sambungan / yang terkait topik di atas:
Membanting pintu pelukis Dullah..!! (klik)
baca juga sambungan / yang terkait topik di atas:
Membanting pintu pelukis Dullah..!! (klik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tulis komentar, pertanyaan, usul / saran disini