Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Salah Kaprah tentang Realisme

"The Potato Eaters" karya Vincent Van Gogh.

Ketika Vincent Van Gogh melukis "Para pemakan kentang" dia bermaksud menceritakan tentang penderitaan para pekerja tambang yang serba sulit, betapa mereka dengan tangan yang masih kotor sehabis bekerja langsung meraup makanan... karena saking laparnya.....Tapi para pengamat cenderung lebih membicarakan dan berdebat soal goresan, komposisi, garis, bidang, warna, dan hal-hal lain yang sifatnya teknis soal lukisan Van Gogh.  

Pablo Picasso sepanjang hidupnya, sejak muda sampai tua,  melukis dalam berbagai corak. Mulai dari realisme, impressionisme, ekspresionisme, sampai ke kubisme yang merupakan corak temuannya.

Renungan 17-an : : anak-anak merah putih

Seorang bocah sedang makan singkong dengan piring bututnya.. sambil melamun... alangkah gagah dan kerennya anak-anak yang tadi dilihatnya berparade drum band di sepanjang jalan raya dalam rangka HUT Kemerdekaan RI..

[Bocah dalam lamunannya (yang diatas) mengenakan baju warna merah yang mengkilap… sedang dia sendiri (dibawah) memakai baju warna putih yang compang camping dan lusuh… ]

Si bocah hanya bisa melamun dan berkhayal...”… alangkah gagah dan bangganya seandainya  aku yang main drumband ...” katanya dalam hati , tanpa mengetahui bahwa sejatinya dia berhak untuk mendapat kesempatan itu…Apa boleh buat… dia harus menggelandang di jalanan.. tak bersekolah… Impian sederhana untuk sekedar bermain drumband dan berbaris dengan gagah saja,  sulit diraihnya…  entah lagi masa depannya kelak,…

Lihat lukisan & tulisan terkait

“Kami Anak Indonesia Juga lho….”


Lukisan realisme tentang anak-anak Indonesia Karya Herri Soedjarwanto
Hari Anak Nasional (23 Juli) tahun ini, juga HUT Kemerdekaan RI yang ke 65 kali ini ,  mestinya membuat kita menunduk dan merenung lebih dalam, karena banyaknya anak-anak Indonesia yang masih bermasalah. Baik di kota maupun di desa. Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa ini. Masih banyak anak yang kekurangan gizi..busung lapar bahkan mati kelaparan. Jutaan anak tak berpendidikan, jutaan putus sekolah, jutaan pekerja anak, jutaan anak jalanan, anak terlantar … dengan segala ekses negatifnya… narkoba… psk anak… kekerasan terhadap anak, kriminalitas… dan masih sederetan panjaaang lagi… 
Saya termasuk yang banyak “mencatat” kedalam  lukisan (melukis)  tentang anak-anak yang terpinggirkan ini. Beberapa diantaranya  secara bertahap akan saya tayangkan disini
"Makan malam"
karya: Herri Soedjarwanto
Lukisan ini dikoleksi oleh seorang dari Jakarta yang menurut pak Dullah, dulu pernah dekat dengan Bung Karno. (saya tak tahu siapa beliau, sengaja catatan  ini saya cantumkan, dengan harapan bisa mengetahui keberadaan lukisan ini).

Di tepi jalan, didepan sebuah gedung bioskop, dibawah poster film “American Fever”, di tengah lalu lalang ceria orang mencari hiburan malam…. seorang anak dengan bapaknya duduk bersimpuh di trotoar sedang menikmati makan malam mereka, dari hasil meminta-minta. Sang bapak memegang batok kelapa sebagai ganti piring….. dan merekapun makan sebatok berdua.

 
"Bocah-bocah Stasiun"oil / hardboard 70x90cm
karya
Herri Soedjarwanto.
Koleksi Boss BNI Pusat Jakarta
Sekumpulan anak jalanan  di sebuah stasiun, ada penjual koran, penjaja es lilin, dan seorang bocah penyemir sepatu yang sedang menghisap rokoknya. Koran di tangan si anak bertanggal 23 Juli , dan terdapat logo Hari Anak Nasional…. Jam di stasiun menunjuk pukul 08:20 pagi, saat dimana seharusnya anak-anak sedang bersekolah. Di latar depan ada sobekan koran bertuliskan "..Saya Anak Indonesia…".. terbuang dalam  kotak sampah…

"Bayi Rakyat", oil/canvas, 90x120cm.
Karya: Herri Soedjarwanto
Koleksi Boss BNI Pusat Jakarta
Seorang bayi yang masih merah, terpaksa ditinggalkan ibunya dan dipasrahkan  kepada kakak-kakaknya yang masih bocah pula. Si Ibu harus pergi mencari nafkah dengan berjualan masakan di pasar.
Nampak si bayi dalam dekapan dan ditunggui  kakaknya yang masih kecil-kecil didalam ruang dapur yang runtuh sebagian temboknya. Di sekitarnya berserak alat-alat dapur bekas memasak. Di dekatnya nya seekor anjing kampung sedang mengintai kesempatan mencuri makan. Di luar , si ibu sedang berangkat , menyunggi meja terbalik di kepalanya. Di meja itu diletakkan panci masakan, piring , gelas periuk, kompor dan alat berjualan lainnya. 




'Sudut Desa Pejeng, Bali"
karya: Herri Soedjarwanto


CATATAN "Bayi Rakyat": Yang kulukis diatas adalah sebuah kejadian nyata yang kulihat dengan mata kepala sendiri, rutin, setiap hari, selama satu bulan penuh..

Ceritanya aku sedang membuat lukisan pemandangan alam “Sudut Desa Pejeng, Bali”. Lukisan Desa Pejeng itu kukerjakan secara langsung di depan obyeknya setiap hari (jam 6-9 pagi) selama30 hari penuh.

Nah… posisiku melukis, pas disebelah rumah si bayi itu. Beberapa hari setelah lukisan itu selesai, barulah aku garap lukisan “Bayi Rakyat” ini.



Lukisan Pemandangan Alam , Panorama yang Indah , Landscape….


-->
"Landscape Gunung Bromo",  oil/canvas 125x250cm.
karya: Herri Soedjarwanto.
Koleksi : Gedung Negara Grahadi , Surabaya.
Bagi seorang pelukis, melukis sebuah pemandangan alam yang indah adalah suatu cara untuk refreshing ..ber-rekreasi dan relaksasi  yang  produktif.  Berbeda dengan melukis obyek realisme naturalism lain (orang dan kehidupan, atau alam benda) yang harus memikirkan konsep dengan serius,  terikat dengan aturan  proporsi dan anatomi yang ketat.. dan seterusnya… melukis pemandangan agak lebih longgar dan lebih relaks.. menyegarkan perasaan dan membebaskan pikiran. Hingga menjadi  segar lagi, dan siap untuk masuk lagi  kedalam garapan  lukisan yang lebih rumit dan berat.
Mungkin itulah sebabnya mengapa para maestro,  pelukis terkenal dan ternama seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah, Dullah, dan bahkan pelukis  terkenal  di  dunia seperti Rembrandt, Van Gogh.. dll,  banyak juga yang melukis pemandangan alam, meskipun sebetulnya mereka bukanlah “pelukis pemandangan”.

" Suasana Pagi di Padepokan Klampis Ireng" Purisemanding.
Karya: Herri Soedjarwanto
Bagi para peminat / kolektor lukisan yang setiap hari sudah dipusingkan dengan urusan bisnis yang menyesakkan, maka memasang lukisan pemandangan di ruang kerjanya bagaikan melongok keluar sebuah jendela berpanorama indah , ventilasi yang menyejukkan, menentramkan, menerawangkan pikiran.. membantu refreshing… bahkan mungkin membantu memecahkan masalah…                      
lihat artikel  &  lukisan Herri lainnya yang terkait :
Membajak sawah...