Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

masalah seni lukis realisme(2): Melukis Realisme Naturalisme, sebaiknya dari obyek langsung atau dari foto?

"Jagung di Sudut Dapur" 
Lukisan karya Herri Soedjarwanto.
Lukisan ini dibuat dengan melukis

obyeknya secara langsung
tanpa bantuan foto sama sekali

 Silahkan  saja itu hak azasi… Tapiii.. ada hal sangat penting yang harus diingat bila melukis realisme dari foto :  Hasil akhir LUKISAN  HARUS LEBIH BAGUS DARI FOTO(acuan)NYA..!
Kenapa HARUS?  Sebab kalau sampai terjadi : fotonya masih lebih bagus daripada lukisan yang dibuat berdasarkan foto tersebut, maka… lukisan itu  akan dinilai / dianggap lukisan berkualitas rendah.. sebab: " lukisannya lebih jelek dibandingkan foto acuannya.."

Bagaimana Membuat LUKISAN terlihat LEBIH ‘HIDUP’ ?

 “Teorinya sih gampang...persiskan saja bentuk dan warna dengan obyek yang dilukis.. pasti kelihatan hidup”.
“Sudah dipersiskan…tapi  kok belum terlihat hidup juga ya..?”
“Yaah … itu artinya belum persis betul… ! Jika sudah persis betul , pasti terlihat hidup, seolah ada nyawanya, rohnya, atau auranya …”.

Prinsip dasar (tehnik )  melukis realisme adalah : “Meniru dengan persis dan membandingkan dengan tepat”

Setelah melalui proses panjang sehingga prinsip dasar itu cukup dikuasai, barulah mengarah pada “muatan / isi lukisan” seperti : thema, ide,  gagasan,visi,  misi, pesan dan sebagainya. Dan selanjutnya kedua hal tersebut ( tehnik dan isi lukisan ) berproses dan berjalan secara simultan,  menyatu dalam diri seniman / pelukis .

Buku Lukisan: “BALI INSPIRES; MASTERPIECES of INDONESIAN ART”

"Bali Inspires; Masterpieces of Indonesian Art"
Buku karya Jean Couteau (Perancis)
Halaman 281 memuat Lukisan
karya Herri Soedjarwanto 'Tatapan Cinta'.
Halaman sebelahnya (280) adalah
karya Dullah dan Ketut Karta. 
Selama beberapa hari  di akhir Mei 2011 saya berada di  Bali untuk mengikuti pameran lukisan di Museum Rudana , yang bertajuk :  “Art Exhibition; Inspiration from Bali to the World“.

 Pameran tersebut sekaligus menandai peluncuran buku  “Bali Inspires ;  Masterpieces of Indonesian Art” yang ditulis oleh Jean Couteau (Perancis), dan diedarkan ke seluruh dunia.  Sebuah lukisan saya :   “The Newly Wed  Ari Putra and Hellena (‘Tatapan Cinta’ ),  termasuk salah satu lukisan yang dimuat dalam buku lux setebal  312 halaman tsb. Sedangkan untuk pamerannya, pihak Museum memajang 6 buah karya saya yang lain.

lihat juga pameran Museum Rudana yang diikuti Herri:
Herri Demo Melukis di InterContinental Bali Resort Jimbaran. 

Untuk menjadi pelukis sukses, Apakah harus menggelar pameran?


Herri Soedjarwanto dan karya lukisnya di sebuah pameran
Bagaimana agar lukisan2 karya sendiri bisa dikenal orang tanpa harus menggelar pameran mengingat mahalnya biaya penyelenggaraan pameran?
( itu semua pertanyaan yang ada dalam Forum TANYA JAWAB sekitar  LUKISAN, PELUKIS, MELUKIS di kolom sebelah kiri )

Jawab:
Pameran lukisan  adalah bentuk pertanggung jawaban dan ajang pembuktian bagi seorang (yang mengaku diri) pelukis / seniman lukis. Pameran-lah yang membedakan bahwa  dia bukan hanya sekedar   bisa melukis saja. Sama seperti  halnya  jika seorang mengaku diri penyanyi, dia harus buktikan bahwa memang  dia bisa bernyanyi diatas panggung, bukan hanya bisa bernyanyi di kamar mandi.

Apa bedanya Ilustrasi, Poster, Gambar dan Lukisan? :

Ilustrasi karya  Herri Soedjarwanto saat usia 18 tahun
(1976-77) kolaborasi dengan penulis  Kho Ping Hoo
(TANYA JAWAB sekitar LUKISAN, PELUKIS, MELUKIS dsb..)

Kebetulan saya punya pengalaman professional bikin ilustrasi komik Kho Ping Hoo , pernah bikin poster dan sekarang selalu bikin lukisan. Jadi bukan hanya berteori, tapi saya benar-benar tahu, mengerti , paham dan bisa merasakan betul apa perbedaan dari ilustrasi, poster dan lukisan.


 Gambar dan Lukisan :

Setidaknya ada 3 macam  pengertian mengenai  istilah gambar...: