Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Tampilkan postingan dengan label LUKISAN REALISME SOSIAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LUKISAN REALISME SOSIAL. Tampilkan semua postingan

"Dari Jalanan Sampai Lukis Presiden"

Cuplikan kisah perjalanan seniman lukis 

Herri Soedjarwanto dan Dullah.

"Dari Jalanan Sampai  Lukis Presiden" oleh:
Adib Muttaqin Asfar. Solopos 21/8/2012
Mau ikut membaca? ... 
klik kanan / tap,  pada gambar... 
klik open link in new window..
Kalau tulisannya kurang besar?...klik sekali lagi..

Lihat artikel / gambar lain yang terkait langsung topik diatas :
-Lukisan Potret Wajah / Lukisan Wajah ( definisi dan gallery )
-Lukisan Potret Wajah dengan Pesan Khusus yang Unik... 
-Melukis Potret Wajah Pengantin.."sebuah Mission Impossible..!!"

Lukisan Realisme Sosial, Narrative, Kolosal, karya Herri Soedjarwanto.

Ada banyak lukisan saya buat untuk mencatat banyak hal yang terjadi yang terekam oleh pikiran dan perasaan saya. Hal itu bisa saja suatu hal yang sangat remeh temeh, atau sebaliknya bahkan sesuatu yang sangat luar biasa.... Buat saya,  apapun halnya ,  itu bukan masalah. Yang penting adalah, apapun itu harus dikerjakan dengan serius, sungguh-sungguh dan antusias tinggi.. Karena seni ( lukis realis ) yang tinggi hanya bisa dicapai dengan kondisi mental seperti itu.

Ironi Orde Baru dalam 3 Lukisan 
Kali ini saya tayangkan tiga lukisan karya saya yang mencatat hal dan kejadian yang rada serius di negeri ini .. Banyak hal bisa saya jelaskan mengenai tiga lukisan ini, tapi saya belum sempat,.. jadi, sementara... biar saja mereka bertiga bicara sendiri.. kan... katanya.. satu gambar bicara lebih dari sejuta kata...? : ) ....



 "Pak Harto Si Anak Desa" (1997 ), oil on canvas, 160 x 100cm, lukisan karya: Herri Soedjarwanto
koleksi : Bpk. Sudwikatmono, dihibahkan ke: Museum Purna Bhakti Pertiwi (museum Pak Harto), TMII, Jakarta.








"Krisis di Titik Kritis"
(Februari-1998 ) Arang diatas kanvas.
160 x 100 cm
Karya: Herri Soedjarwanto.


note: Setelah lukisan ini selesai dibuat, dipamerkan, dan dimuat resensinya di media masa ... sebulan kemudian  pecah peristiwa kerusuhan  Mei '98.

Berikut ini kliping koran yang berisi resensi tentang lukisan ini,
(klik koran untuk membesarkan)







"Tinggal Landas, Tinggal Amblas"( 1998-99 ) Mix media on canvas. 126 x 180 cm
lukisan karya: Herri Soedjarwanto, dikoleksi oleh keluarga Setiawan Djody.

Lukisan ini masuk Finalis Kompetsi Seni Lukis Nasional,YSRI-PHILIP MORRIS 1999.( 100 lukisan terbaik dari sekitar 3000an karya yang dikirim ke panitia ). Dimuat dalam katalog dan ikut dalam pameran bertajuk : "A STROKE of GENIUS" disponsori oleh Philip Morris.

Lihat Lukisan Realisme Sosial karya Herri yang lain :
( klik pada judul ) :
" Kami Anak Indonesia juga ...lhoo.." ( bocah stasiun, anak jalanan, bayi rakyat ) 
Stop Kehancuran...Bersatu.. Selamatkan Generasi ... (..dan Bung Karno pun menangis..) 

Melukis Realisme, Tak Sekedar Memindahkan Gambar

Kisah lukisan sederhana yang memberiku pelajaran penting 
"Foto Kenangan" (1979/1980)
Karya Herri Soedjarwanto
Dikoleksi : Boss BNI Pusat Jakarta
(Lukisan ini dibuat dengan melukis model dan
obyeknya langsung, tanpa bantuan foto sama sekali.
(1) cerita dibalik terciptanya lukisan dan proses pembuatan.

Suatu hari di masa lalu, seorang pelukis tua di Solo yang nge-fans berat padaku (?!..wah..?? GR nih.. hehehe..) .. datang ke rumahku dengan membawa seorang pemuda yang kira-kira sebaya denganku.

“Dik Herri, ini keponakan saya , putus dari  ASRI Jogja. Orang tuanya  ingin dia ikut saya belajar melukis. Tapi kalau cuma belajar sama saya,  bisa dapat apa dia?.. Makanya  saya ajak kemari, saya  titipkan dia pada dik Herri, untuk belajar  melukis di sini saja.
Syukur-syukur kalau nanti bisa ikut ke Bali  .”

Membajak Sawah, Sebuah Pengabdian Panjang.


Membajak Sawah (detail lukisan )
Lukisan : 80 cm x 100 cm, oil/canvas
karya : Herri Soedjarwanto


( lukisan ini  mengingatkan.. bahwa kita orang kota...terus hidup, karena memakan sesuatu yang tumbuh di lumpur bercampur kotoran dan keringat, yang diinjak kaki para petani dan hewan ternaknya.).
 
Nyaris punah....:(
Catatan: Tahun 2003 di Bali sudah mulai sulit menemukan orang membajak sawah menggunakan sapi mereka beralih menggunakan mesin traktor, yang jauh lebih praktis, cepat dan ekonomis. Desa Pejeng, salah satu desa yang (waktu itu ) mewajibkan warganya untuk tetap mengunakan sapi, karena alasan pemerataan rezeki..Jadi para pemilik sapi masih bisa tetap bekerja, cari nafkah di sawah, meskipun tak punya lahan.. Tapi entah sampai kapan desa Pejeng bisa bertahan..?

Hanya soal waktu.. pemandangan unik dan eksotik.. membajak sawah dengan sapi.. ini akan makin langka..dan akhirnya punah,.. kelak hanya bisa kita lihat di buku-buku Guide To Bali… Semoga tidak..!!



Membajak Sawah, Sebuah Pengabdian Panjang

[mode cerita]
Masih sangat pagi, baru transisi dari gelap ke terang , masih dingin, masih enak tidur, ada orang berteriak didepan rumah, disebelah jendela..:” mas Herriiii , banguuun …, ayo kesawaaahh .. mbajaaakkk…”.

Kutengok, pak Made lewat, memanggul bajak di pundaknya sambil mengikuti langkah kedua sapinya … Setiap pagi lelaki tua ini

soal ANAK BABI dan MELUKIS MODEL


"Malam-malam Panjang", 
Karya Herri Soedjarwanto

Cerita dan fakta di balik lukisan. 


Seorang ibu muda , di tengah pelosok desa Pejeng, terjaga ditengah malam tak bisa tidur menunggui anaknya yang tertidur pulas kelelahan di lokasi dapur rumahnya, . Pikirannya berkecamuk, memikirkan masa depan anaknya yang suram dan tak jelas.  

Lukisan ini sengaja kupasang disini untuk mengingatkan semangat kerja keras dan kemandirian  Ketut, bocah desa  yang luar biasa. Selain di dalam lukisan ini, Ketut banyak sekali menjadi model untuk lukisanku yang lain.

BIARLAH LUKISAN YANG BICARA

"Pencari pasir tradisionil di Bengawan Solo"
Karya : Herri Soedjarwanto
Salah satu kebutuhan manusia yang paling fitrah, siapapun dia, apapun profesinya, di level
manapun,... adalah BICARA... sebuah cara ungkap untuk mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakan, sehubungan dengan pengalaman lahir maupun bathinnya...

Stop Kehancuran..!.. Bersatu..: Selamatkan Generasi Anak Bangsa


-->
“Selamatkan Generasi Anak Bangsa” 
Karya Herri Soedjarwanto. 126x99cm,Mix media on canvas
Setan mengusung segala kemaksiatan di seputar harta, tahta dan wanita (Korupsi, abuse of power, pornografi)... menyerbu moral bangsa dengan kecepatan tinggi dan kekuatan dahsyat, seolah tak terbendung.. Krisis moral adalah penyebab penting dan utama dari keruntuhan bangsa-bangsa sejak jaman dahulu kala.

Tragedi WTC 911, catatan dan renungan.

" Menebar Cinta, Mencegah Teror "
 Karya Herri Soedjarwanto oil/canvas, 200 x 120cm  
 

Tragedi WTC 11 September 2001 adalah sebuah tragedi besar dan dahsyat yang menimpa kemanusiaan. Tragedi yang mengguncang perasaan umat manusia sedunia. Sangat disesalkan dan dikutuk karena sangat melukai rasa kemanusiaan siapapun, tak peduli apa warna kulitnya, kebangsaannya maupun agamanya. Suatu peristiwa tragis yang seharusnya tak usah, tak perlu dan jangan sampai terjadi lagi.

Dari sisi lain, tragedi WTC 9-11 adalah sebuah tonggak peringatan monumental bagi kemanusiaan dan umat manusia, untuk mawas diri dan segera menyadari bahwa ada sesuatu yang salah sedang terjadi. Ada yang salah dalam cara mengelola kemanusiaan ini.





Menebar Cinta, Mencegah Teror ( detil lukisan )
 Karya Herri Soedjarwanto  
 
Ada proses dialog yang terhenti, buntu. Ada rasa saling curiga. Ada yang coba

Renungan 17-an : : anak-anak merah putih

Seorang bocah sedang makan singkong dengan piring bututnya.. sambil melamun... alangkah gagah dan kerennya anak-anak yang tadi dilihatnya berparade drum band di sepanjang jalan raya dalam rangka HUT Kemerdekaan RI..

[Bocah dalam lamunannya (yang diatas) mengenakan baju warna merah yang mengkilap… sedang dia sendiri (dibawah) memakai baju warna putih yang compang camping dan lusuh… ]

Si bocah hanya bisa melamun dan berkhayal...”… alangkah gagah dan bangganya seandainya  aku yang main drumband ...” katanya dalam hati , tanpa mengetahui bahwa sejatinya dia berhak untuk mendapat kesempatan itu…Apa boleh buat… dia harus menggelandang di jalanan.. tak bersekolah… Impian sederhana untuk sekedar bermain drumband dan berbaris dengan gagah saja,  sulit diraihnya…  entah lagi masa depannya kelak,…

Lihat lukisan & tulisan terkait