“Teorinya sih gampang...persiskan saja bentuk dan warna dengan obyek yang dilukis.. pasti kelihatan hidup”.
“Sudah dipersiskan…tapi kok belum terlihat hidup juga ya..?”
“Yaah … itu artinya belum persis betul… ! Jika sudah persis betul , pasti terlihat hidup, seolah ada nyawanya, rohnya, atau auranya …”.
Prinsip dasar (tehnik ) melukis realisme adalah : “Meniru dengan persis dan membandingkan dengan tepat”.
Setelah melalui proses panjang sehingga prinsip dasar itu cukup dikuasai, barulah mengarah pada “muatan / isi lukisan” seperti : thema, ide, gagasan,visi, misi, pesan dan sebagainya. Dan selanjutnya kedua hal tersebut ( tehnik dan isi lukisan ) berproses dan berjalan secara simultan, menyatu dalam diri seniman / pelukis .
Setelah melalui proses panjang sehingga prinsip dasar itu cukup dikuasai, barulah mengarah pada “muatan / isi lukisan” seperti : thema, ide, gagasan,visi, misi, pesan dan sebagainya. Dan selanjutnya kedua hal tersebut ( tehnik dan isi lukisan ) berproses dan berjalan secara simultan, menyatu dalam diri seniman / pelukis .
Soal muatan atau isi lukisan terpulang pada masing-masing pelukis / seniman, karena setiap orang punya latar belakang ,pemikiran, pengalaman dan tujuan yang berbeda. Semuanya OK dan sah-sah saja.
“Meniru dengan persis dan membandingkan dengan tepat”.
Dialog di awal tulisan ini menunjukkan bahwa apa yang diyakini kebanyakan orang “sudah persis” itu ternyata sebetulnya belum persis, bahkan sering kali masih jauh dari persis, menurut kriteria lukisan realisme yang baik dan ideal.
Agar obyek di dalam sebuah lukisan realism bisa terlihat hidup maka harus persis dalam beberapa aspek sekaligus. Persis bentuknya, warnanya, karakter bendanya, karakter manusianya, ekspresinya, suasananya, dan seterusnya... dan semua itu harus tersusun dalam suatu perbandingan yang tepat dan harmonis.
Bagaimana mencapai kepersisan tingkat tinggi sehingga lukisan bisa terlihat hidup?
Kita tentu pernah dengar ungkapan klasik: “Alam adalah Guru yang Terbaik”. Nah di situ rahasianya.
Jadi … banyak-banyaklah belajar kepada alam. Cari dan Pelajarilah rahasia alam.
Banyak mengamati dan ‘berdialog’ dengan alam.
Caranya adalah : Sebanyak mungkin melukis obyek secara langsung dari alam nyata, bukan dari alam maya (foto), karena foto itu terbatas, banyak kekurangan dan kelemahannya. Sehingga kalau kita percaya total pada foto, siap-siaplah untuk kecewa karena foto sering kali menipu.
Caranya adalah : Sebanyak mungkin melukis obyek secara langsung dari alam nyata, bukan dari alam maya (foto), karena foto itu terbatas, banyak kekurangan dan kelemahannya. Sehingga kalau kita percaya total pada foto, siap-siaplah untuk kecewa karena foto sering kali menipu.
Sekedar sharing, berdasar pengalaman ,
Saya sendiri melakukan dengan cara sebagai berikut: Selama 5 tahun pertama, saya mengharamkan diri menggambar maupun melukis dari foto. Semua lukisan saya buat dengan memakai model, obyek benda , manusia , alam secara langsung , total tanpa bantuan foto.
Saya sendiri melakukan dengan cara sebagai berikut: Selama 5 tahun pertama, saya mengharamkan diri menggambar maupun melukis dari foto. Semua lukisan saya buat dengan memakai model, obyek benda , manusia , alam secara langsung , total tanpa bantuan foto.
Setelah 5 tahun saya benar-benar sudah mengerti rahasia alam yang membuat lukisan bisa tampak hidup. Setelah yakin tak mungkin tertipu oleh kekurangan dan kelemahan foto, barulah saya menggunakan sedikit bantuan foto untuk membuat lukisan. Sedangkan porsi utama yang terbanyak adalah tetap: pengamatan dan perenungan intensif terhadap ‘alam’ (obyek lukisan ).
Masalah seni lukis Realisme (2): Melukis sebaiknya dari obyek langsung atau dari foto?.
-Lukisan Realisme ... yang bagus seperti apa?
-Apa Kuncinya... menjadi pelukis sukses?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tulis komentar, pertanyaan, usul / saran disini