Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Melukis Potret ( Foto ) Wajah Pengantin. “sebuah Mission Impossible..!!”

Pengantin Adat Bali, Lukisan Realis Herri Soedjarwanto
Pengantin dengan Pakaian Adat Bali
"Tatapan Cinta "karya Herri Soedjarwanto,.
koleksi : Museum Rudana dimuat dalam buku
"Bali Inspires, Masterpieces of Indonesian Arts"
penulis: Jean Couteau, Perancis.
Saya sering  menerima order melukis foto sepasang pengantin dalam pakaian pernikahan , baik  modern maupun tradisionil.  Biasanya mereka  berpesan :  “tak usah buru-buru Mas,  yang penting hasilnya bagus…”  Tapi beberapa hari yang lalu, pertengahan bulan puasa, saya dihadapkan dengan   sebuah ‘mission impossible’…. Ini kisahnya..


Pernikahan adalah salah satu moment terpenting dalam kehidupan seseorang.  Wajar  jika mereka mengabadikan momentum bahagia  itu secara khusus. Selain foto, video, banyak juga yang mengabadikannya ke dalam bentuk lukisan, karena lukisan dinilai mampu menutupi  kekurangan / kelemahan  foto. Meski pun untuk itu harus merogoh  kocek lebih dalam lagi.

(Konon seniman itu malas, tidak disiplin, seenaknya sendiri... betulkah ?.. baca ini dulu.. baru anda tahu bahwa itu salah besar.. )

“ Pak Herri, secara kebetulan saya lihat lukisan Anda di weblog, bagus-bagus. Kita punya foto pengantin, tapi kecil dan agak kurang tajam, apakah pak Herri bisa membuatkan lukisan dengan acuan foto itu?” terdengar suara dari seberang telepon, seorang yang belum pernah kukenal sama sekali, dari pulau seberang , Kalimantan Barat, Pontianak tepatnya.

“Saya lihat fotonya dulu Pak, baru bisa menjawab…” sahutku.

Tak lama kemudian foto dikirim via email. Sebuah foto Pengantin Adat Melayu Pontianak. (maaf lukisannya terpaksa  ‘diwakili’ Bali , karena pemilik belum mengijinkan lukisan (privacy) pernikahannya ditayangkan)

Terus terang saya tertarik dengan obyek dan pakaian adatnya. Tertarik..itu adalah alasan utama dan terkuat mengapa saya mau mengerjakan sebuah lukisan.

Saya duga ini bukan hasil jepretan dari fotografer professional yang resmi disewa. Melihat hasilnya yang agak samar, dan diambil dari posisi yang tidak pas dari tengah , tapi agak miring ke kanan . Hingga wajah nampak distorsi , agak miring asimetris / peyot.. (fotografer yang resmi biasanya mendapat posisi ideal, pas di tengah ) Selain itu, rupanya diambil dengan kamera poket, kecil , dan sudah 25 tahun yang lalu pula.

Tapi secara umum , dari bahan foto ini bisa dibuat sebuah karya lukisan yang indah. Sehingga kemudian saya jawab : “Baik Pak , saya sanggup mengerjakannya…” .

Ketika membicarakan beaya , beliau awalnya agak kaget mendengar tarif yang kuajukan, karena berpuluh-puluh kali lipat besarnya dari tarif pelukis wajah pada umumnya. Kemudian kujelaskan apa yang membedakan aku dengan pelukis lain.

"Saya punya konsep dan komitmen yang tegas soal lukisan potret wajah.."
“Saya tidak mau hanya sekedar mengcopy , membuat lukisan wajah yang sama dengan fotonya . Saya mau membuat lebih dari itu. Saya ingin membuat sebuah karya seni berdasarkan foto itu. Lukisan yang bisa dipertanggung jawabkan kualitasnya, bahkan layak dipamerkan di Istana atau di museum sekalipun. Saya menjamin lukisan ini akan lebih bagus dan “lebih hidup” dari pada foto aslinya.”

Menurut saya : Tugas seorang pelukis potret wajah ( portraitist) adalah memperbaiki kesalahan dan menambah kekurangan yang ada dalam foto. Sehingga targetnya adalah: lukisannya harus menjadi lebih bagus, lebih hidup, lebih indah dan lebih berbobot daripada foto acuannya, tapi harus tetap persis karakter wajahnya.

Kalau pelukis tak mampu mencapai target itu, berarti lukisan itu gagal atau , sang pelukis memang belum cukup ilmu, masih harus banyak belajar lagi.

Saya sadar apa yang saya katakan itu sangat terbalik ( paradox) dengan pendapat umum masyarakat  yang berbunyi: Seni lukis realism tak dibutuhkan lagi, sudah ada kamera foto, cukup sekali jepret saja, hasilnya sudah lebih bagus .  
Untuk mereka yang berpendapat seperti itu saya ingin menegaskan bahwa:
“Pernyataan itu hanya benar dan  berlaku bagi orang dan pelukis yang belum cukup ilmu, yang  pemahaman dan penguasaan realismenya masih kurang.  Bagi  mereka,  membuat lukisan menjadi lebih bagus dari fotonya adalah suatu hal yang mustahil ... sebuah mission impossible.

Sedangkan seorang pelukis realisme sejati akan berkata: “Beri  saya selembar  foto (wajah) , dan saya akan membuat sebuah lukisan yang jauh lebih bagus dari fotonya.” Dan kemudian ia  buktikan bahwa sesungguhnya seniman sejati mustahil  dikalahkan oleh kamera.” ( klik disini untuk mendalami masalah ini)

Setelah  mendengar semua penjelasan  itu dan mungkin sudah mengecek  ke Museum Rudana, Bali,  ia segera setuju dan mentransfer  50% harga, sebagai tanda jadi dan mulai pengerjaannya.

Sore itu 3 Agustus 2012, beliau menelpon: “ Pak Herri sudah saya transfer 50% ke rekening Bapak. Lukisan itu harus sudah jadi tgl 15 Agustus, karena akan dibuat sebagai sebuah kejutan untuk sebuah acara penting “.
Hah..?!!  malah saya yang terkejut duluan.!!

Impossible..!!

Lukisan 2 figur / wajah sampai ke lutut, dengan pakaian adat Melayu Pontianak, yang penuh pernik asesori itu, normalnya butuh waktu total +/- 4-5 minggu. Dan saya sekarang hanya punya waktu kotor 12 hari. Masih harus dikurangi 1hari untuk selesaikan lukisan yang sedang kukerjakan saat ini, 2 hari untuk pengeringan sebelum bisa digulung masuk tabung untuk dikirim. Jadi tinggal 9 hari kerja ..!!

“ Wah Pak  ini kerjaan sebulan,  gak mungkin  selesai dalam 9 hari?  ini bener-bener  Mission Impossible… bisakah ditambah 5 hari lagi biar tuntas”.
“ Ha-ha-ha-ha..  …. maaf,  nggak bisa pak, karena tanggal 17 mau dipakai acara. ..Yaa.. Mission Impossible… tapi dari pengamatan selama ini,  saya yakin  Pak Herri  bisa.. entah gimana pokoknya  saya percaya deh ..”

Nah kalau sudah dikunci dengan kata “saya yakin & percaya anda” ..  kan kita  gak mungkin bisa mundur lagi??..  satu-satunya jalan  agar cukup waktu , jam kerjanya yang dilipat gandakan.  
Jadi dalam 9 hari itu saya tenggelamkan diri ,  tak pernah beranjak  dari depan lukisan, dan hanya berhenti untuk tidur  sekitar 2 jam sehari..  selebihnya hanya melukis dan melukis terus .

Sebetulnya hal itu biasa saja , toh hanya 9-10 hari, setelah itu bisa saja balas dendam dengan tidur terus-menerus sehingga kondisi pulih lagi. Cuma masalahnya  ini dalam kondisi berpuasa.  Digenjot tiap hari seperti itu, kondisi tubuhku ngedrop, panas dalam , sariawan parah sampai radang tenggorokan menyerang..  Badan panas dingin meriang demam, pusing…  tapi tak boleh berhenti, harus tetap bekerja /melukis .. karena dead line sudah ditetapkan , tak bisa mundur lagi.. Saya hanya berdoa dan minta didoakan agar diberi sehat dan kuat hingga bisa selesai.

Alhamdulillah , selesai sesuai jadwal. Tanggal 14 Agustus. Setelah ditransfer lagi 50%  sebagai pelunasan sisa pembayaran, lukisan pun siap untuk dikirim. Tapiii karena saking terfokusnya  dan tenggelam dalam kerja melukis, ada satu hal sepele  yang terlupakan sama sekali, dan itu fatal…

Lupa bahwa hari ini adalah H-5 lebaran, semua  titipan paket / cargo seperti  TIKI, JNE, DHL, Elteha dsb, semua overload. Sejak tanggal  10/8  barang tak bisa dikirim. Bisa diterima tapi  ngirimnya baru bisa nanti tanggal 22-24/8..! 

Jadi kuputuskan harus kuantar langsung . Tapi tiket pesawat-pun penuh sampai  tgl 21/8. Ah kalau dulu tak terlupa, tentu sudah ku booking jauh hari. Kuhubungi siapa saja, termasuk adik sepupuku yang pilot, agar bisa titip lukisan, tapi  rutenya sekarang tidak ke Pontianak..dan dia tak bisa bantu.

Aku bener-bener stress.. seumur-umur memang baru kali ini dapat order pas bertepatan dengan mendekati lebaran.. sungguh tak mengira akan seperti ini. Karena hari-hari biasa, biasanya semua lancar-lancar saja, no problem. Tapi kali ini reputasi dan kredibilitasku dipertaruhkan…

Kulaporkan semua masalah dan kendala pada boss pemesan lukisan.. dan berserah pasrah pada kehendak BOSS BESAR yang di atas langit sana.

Keesokan harinya muncul keajaiban…., saya dapat kabar agar menitipkan lukisan pada seseorang di bandara Adi Sucipto Jogja, yang akan berangkat ke Pontianak jam 9 pagi.

Kamis 16/8 habis saur dan subuh saya langsung berangkat ke Bandara Jogja untuk titip lukisan… . dan…jam 11 siangnya saya dapat telepon dari Pontianak bahwa lukisan sudah diterima dengan baik, dan mereka sangat puas dengan hasilnya..

Alhamdulillah…dengan KehendakNYA sebuah Mission Impossible telah terlaksana .. Beban yang menindih batinku telah terangkat, plong rasanya , terasa ringan.. . Sebaliknya fisikku , sekarang baru terasa… ternyata remuk redam… menagih untuk tidur panjang.. …

Ohaheemmm.. saya pamit mau tidur dulu ya… saat terbangun nanti saya mau ceritakan semua kisah ini… zzzz…zzzz…zzz..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis komentar, pertanyaan, usul / saran disini